Sunday, June 2, 2013

Kenikmatan Musik Fisik



           Musik terus berkembang seiring berjalannya waktu. Warna serta keindahan pada setiap musik selalu berinovasi mengikuti pesatnya kecanggihan teknologi yang sedikit banyak membantu dalam setiap proses menghasilkan keluaran suara yang siap dihidangkan kepada para pendengar.  Berbeda dengan beberapa dekade lalu, dimana proses rekaman masih menggunakan sistem analog yang kini beralih pada era digital meskipun beberapa musisi masih ada yang menggunakan sistem analog.

Perubahan akibat teknologi juga tidak hanya mempengaruhi proses dari pembuatan musik. Hal ini juga membawa perubahan terhadap cara mengkonsumsi sebuah karya seni yang disebut musik. Jika kita mundur ke beberapa dekade yang lalu, mungkin kita akan menjumpai kakek nenek kita sedang asik memutar piringan hitam di atas gramaphone/Turntable sambil meminum secangkir teh di ruang keluarga. Maju beberapa tahun dari era piringan hitam, sebagian remaja tahun 90an mungkin sedang asik mendengarkan Oasis, Blur, Nirvana atau band lainnya melalui media kaset. Tidak hanya itu, beberapa dari mereka mungkin akan menulis lirik dari band yang mereka sukai di belakang buku sekolah, buku diari atau mungkin tembok kamar. Setelah kaset telah mencapai masa kejayaannya, muncul lah CD yang sampai sekarang masih menjadi media dalam mendengarkan musik walaupun eksistensinya juga sudah sangat merosot

Di masa sekarang dimana rilisan fisik mulai sedikit tersaingi dengan hadirnya rilisan digital. Perubahan ini memang tidak bisa dibendung lagi, akses internet yang sudah meluas hingga ke pedalaman memudahkan kita untuk mengunduh suatu lagu secara legal/illegal. Tidak bisa disalahkan juga dengan keberadaan musik bebas unduh yang sekarang marak dilakukan, karena ini seperti koin yang mempunyai dua sisi, baik dan buruk. Baiknya, dengan adanya musik bebas unduh musisi akan lebih cepat dikenal. Buruknya, penjualan rilisan fisik mereka tentunya akan mengalami penurunan yang drastis karena mindset “kalo ada yang gratis ngapain bayar”  masih dipegang teguh oleh sebagian kalangan. Berbagai carapun dilakukan pelaku di industri musik dengan mengeluarkan lagu/album format digital  yang kini dapat dibeli di iTunes, amazon.com atau situs lainya. Namun tampaknya hal itu belum dapat berjalan dengan optimal. Saya sacara pribadi pun tidak mengharamkan mengunduh lagu secara legal/illegal karena memang saya terkadang mengunduh untuk beberapa musik yang baru saya kenal dan jika cocok saya akan menyusun wishlist untuk mencari rilisan fisiknya serta menyesuaikan dengan kondisi finansial saya sebagai pelajar.

Di sisi lain, untuk sebagian kalangan termasuk saya ritual mengkonsumsi, berburu, barter rilisan fisik adalah hal yang masih sangat sayang untuk dilupakan. Terbukti dari banyak nya musisi-musisi side-stream indonesia yang kembali merilis albumnya dalam bentuk piringan hitam seperti Kelelawar Malam, Seringai, White Shoes and The Couples Company, hingga The Sigit yang baru baru ini mengeluarkan album dengan format piringan hitam, kaset, cd, serta download code untuk mengunduh secara legal.

Bagi saya mengkonsumsi rilisan fisik itu mempunyai kenikmatan yang lebih dan berbeda jika hanya bentuk digital saja. Kegiatan berburu rilisan fisik menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan apalagi kita mendapatkan rilisan fisik yang sudah lama diimpikan meskipun terkadang harus ditebus dengan biaya yang relatif tidak murah, namun itu akan setimpal ketika kita mulai memutarnya, menyentuh fisiknya, dan menaruhnya di rak bersama rilisan fisik lainnya.

Selain itu, dengan dicetuskannya Record Store Days pada tahun 2007 oleh Chris Brown seorang pemilik label rekaman di Amerika turut membangkitkan gairah para penikmat rilisan fisik di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Records Store Days merupakan hari dimana musisi, pemilik label rekaman, penikmat musik dapat berkumpul pada minggu ketiga bulan April di suatu tempat dan melakukan kegemarannya terhadap piringan hitam, kaset ataupun cd. Di Indonesia Records Store Days sudah mulai diselenggarakan di Jakarta, Bandung, serta Yogyakarta meskipun yang menghadiri hanya kalangan kalangan tertentu yang memang mencintai dunia musik serta rilisan fisik. Dengan demikian, menikmati rilisan fisik suatu karya seni yang disebut musik pada era digital ini masih sangat menyenangkan dan lebih berkesan ketimbang kita menyimpan ratusan file digital seperti yang dikatakan oleh salah satu vokalis band metal ternama di Indonesia “ beberapa rilisan fisik lebih baik daripada satu terabyte file musik”.



No comments:

Post a Comment