Musik terus berkembang seiring berjalannya waktu. Warna serta keindahan pada setiap musik selalu berinovasi mengikuti pesatnya kecanggihan teknologi yang sedikit banyak membantu dalam setiap proses menghasilkan keluaran suara yang siap dihidangkan kepada para pendengar. Berbeda dengan beberapa dekade lalu, dimana proses rekaman masih menggunakan sistem analog yang kini beralih pada era digital meskipun beberapa musisi masih ada yang menggunakan sistem analog.
Perubahan akibat
teknologi juga tidak hanya mempengaruhi proses dari pembuatan musik. Hal ini
juga membawa perubahan terhadap cara mengkonsumsi sebuah karya seni yang
disebut musik. Jika kita mundur ke beberapa dekade yang lalu, mungkin kita akan
menjumpai kakek nenek kita sedang asik memutar piringan hitam di atas
gramaphone/Turntable sambil meminum secangkir teh di ruang keluarga. Maju
beberapa tahun dari era piringan hitam, sebagian remaja tahun 90an mungkin
sedang asik mendengarkan Oasis, Blur, Nirvana atau band lainnya melalui media
kaset. Tidak hanya itu, beberapa dari mereka mungkin akan menulis lirik dari
band yang mereka sukai di belakang buku sekolah, buku diari atau mungkin tembok
kamar. Setelah kaset telah mencapai masa kejayaannya, muncul lah CD yang sampai
sekarang masih menjadi media dalam mendengarkan musik walaupun eksistensinya
juga sudah sangat merosot
Di masa
sekarang dimana rilisan fisik mulai sedikit tersaingi dengan hadirnya rilisan
digital. Perubahan ini memang tidak bisa dibendung lagi, akses internet yang
sudah meluas hingga ke pedalaman memudahkan kita untuk mengunduh suatu lagu
secara legal/illegal. Tidak bisa disalahkan juga dengan keberadaan musik bebas
unduh yang sekarang marak dilakukan, karena ini seperti koin yang mempunyai dua
sisi, baik dan buruk. Baiknya, dengan adanya musik bebas unduh musisi akan
lebih cepat dikenal. Buruknya, penjualan rilisan fisik mereka tentunya akan
mengalami penurunan yang drastis karena mindset “kalo ada yang gratis ngapain
bayar” masih dipegang teguh oleh
sebagian kalangan. Berbagai carapun dilakukan pelaku di industri musik dengan
mengeluarkan lagu/album format digital
yang kini dapat dibeli di iTunes, amazon.com atau situs lainya. Namun
tampaknya hal itu belum dapat berjalan dengan optimal. Saya sacara pribadi pun
tidak mengharamkan mengunduh lagu secara legal/illegal karena memang saya terkadang
mengunduh untuk beberapa musik yang baru saya kenal dan jika cocok saya akan menyusun
wishlist untuk mencari rilisan
fisiknya serta menyesuaikan dengan kondisi finansial saya sebagai pelajar.
Di sisi lain,
untuk sebagian kalangan termasuk saya ritual mengkonsumsi, berburu, barter
rilisan fisik adalah hal yang masih sangat sayang untuk dilupakan. Terbukti
dari banyak nya musisi-musisi side-stream
indonesia yang kembali merilis albumnya dalam bentuk piringan hitam seperti
Kelelawar Malam, Seringai, White Shoes and The Couples Company, hingga The
Sigit yang baru baru ini mengeluarkan album dengan format piringan hitam,
kaset, cd, serta download code untuk
mengunduh secara legal.
Bagi saya
mengkonsumsi rilisan fisik itu mempunyai kenikmatan yang lebih dan berbeda jika
hanya bentuk digital saja. Kegiatan berburu rilisan fisik menjadi suatu
kegiatan yang menyenangkan apalagi kita mendapatkan rilisan fisik yang sudah
lama diimpikan meskipun terkadang harus ditebus dengan biaya yang relatif tidak
murah, namun itu akan setimpal ketika kita mulai memutarnya, menyentuh
fisiknya, dan menaruhnya di rak bersama rilisan fisik lainnya.
Selain itu,
dengan dicetuskannya Record Store Days pada tahun 2007 oleh Chris Brown seorang
pemilik label rekaman di Amerika turut membangkitkan gairah para penikmat
rilisan fisik di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Records Store
Days merupakan hari dimana musisi, pemilik label rekaman, penikmat musik dapat
berkumpul pada minggu ketiga bulan April di suatu tempat dan melakukan
kegemarannya terhadap piringan hitam, kaset ataupun cd. Di Indonesia Records
Store Days sudah mulai diselenggarakan di Jakarta, Bandung, serta Yogyakarta
meskipun yang menghadiri hanya kalangan kalangan tertentu yang memang mencintai
dunia musik serta rilisan fisik. Dengan demikian, menikmati rilisan fisik suatu
karya seni yang disebut musik pada era digital ini masih sangat menyenangkan
dan lebih berkesan ketimbang kita menyimpan ratusan file digital seperti yang
dikatakan oleh salah satu vokalis band metal ternama di Indonesia “ beberapa
rilisan fisik lebih baik daripada satu terabyte
file musik”.
No comments:
Post a Comment